Evaluasi Pasien Neurologik

05.27 hakiki zahara 0 Comments

Sistem saraf merupakan jaringan yang penting, rumit, dan memiliki tiga ciri khas dengan system imun. Secara spesifik, system saraf adalah: (1) suatu system protektif yang mengenali “diri sendiri” (self) dari luar diri (non-self) dan menyebabkan penarikan diri dari rangsangan yang membahayakan; (2) suatu pabrik kimia yang menghasilkan lusinan molekul dalah berbagai jenis berbeda (missal, peptide, asam amino, katekolamin) yang menghantarkan sinyal dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya; dan (3) suatu system komunikasi yang mengirim dan menerima pesan yang dikirimkan dari tempat lain di dalam tubuh. Oleh karena itu, melalui berbagai mekanisme kerja ini, system saraf tidak hanya mengendalikan fungsi vegetative tubuh yang paling sederhana (missal, bernapas dan denyut jantung), tetapi juga mengendalikan fungsi integrative yang sangan kompleks (missal, mengevaluasi informasi dan memecahkan masalah).

Keterlibatan fungsi system saraf melalui penyakit atau trauma menimbulkan deficit umum atau local spesifik yang mencerminkan terganggu atau timbulnya aktivitas abnormal pada daerah system saraf perifer atau pusat yang terkena.

Pemeriksaan klinis pada penderita gangguan neurologis akan memberikan informasi yang berharga. Gejala-gejala yang diperlihatkan oleh penderita yang mecari pertolongan mencakup gejala primer dari gangguan neurologisnya, gejala yang timbul dari ketakutan, depresi, kelemahan, dan gejala-gejala yang terjadi karena metode adaptasi penderita. Pemeriksaan penderita secara sitematik, logis dan seksama yang dilengkapi dengan keluhan penderita akan membantu dokter dalam membedakan dan menganalisis gambaran klinis yang diajukan oleh sebagian besar penderita defisi neurologis. Suatu anamnesis lengkap dan teliti ditabah dengan pemeriksaan fisik akan dapat mendiagnosis sekitar 80% kasus. Walaupun terdapat kemajuan prosedur pemeriksaan diagnostic, tetapi tidak ada yang dapat menggantikan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Pemeriksaan neurologis dipusatkan pada pemikiran mengapa penderita sampai mencari bantuan medis. Informasi ini harus diperoleh dan dicatat dengan memakai kata-kata pasien sendiri, bukan dengan istilah diagnostic.
Informasi yang penting mencakup riwayat medis sebelumnya, riwayat social, riwayat keluarga dan awitan timbulnya gejala. Bila ada, penting juga menanyakan penyakit apa saja yang pernah dialami penderita pada organ-organ besar dalam tubuhnya. Penderita diminta memberikan keterangan perilha rasa pusing, sakit kepala, hgangguan pendengaran, dll. Ketika melakukan anamnesis, perhatikan juga tingkah laku, sikap, penampilan, kemampuan penderita untuk menjawab pertanyaan, serta kemampuan untuk memusatkan pikiran. Setelah bagian pemeriksaan ini diperoleh lengkap, dokter dapat mencari dukungan terhadap dugaan dan temuan yang abnormal dengan meminta pasien melakukan pemeriksaan dan tes diagnostic lanjutan. Pada beberapa kasus gangguan neurologis (migren, neuralgia trigeminal), diagnostic ditegakkan hanya berdasarkan pada anamnesis karena tidak ditemukan temuan fisik yang bermakna.
Pengaturan pemeriksaan neurologis sangat penting. Mengikuti suatu urutan pemeriksaan tertentu membuat dokter dapat mengevaluasi informasi yang ada dan langsung memeriksa segmen selanjutnya yang belum diperiksa. Urutan pemeriksaan ini mencakup enam elemen utama: (1) status mental dengan ketujuh komponennya; (2) kepala dan leher termasuk saraf kranial; (3) fungsi motoric; (4) fungsi sensorik; (5) reflex regangan otot; (6) reflex khusus (missal, plantaris dan glabella).
Pemeriksaan Status dan Fungsi Mental
Secara umum, bagian pemeriksaan fungsi dan status mental mengevaluasi fungsi korteks yang lebih tinggi, termasuk kemampuan untuk memberikan alasan, menggunakan abstraksi, membuat rencana dan memberikan penilaian. Perubahan perilaku dan kepribadian dapat berkaitan dengan disfungsi otak organic; oleh karena itu, perubahan ini perlu dicetuskan dari pasien atau keluarga pasien. Dalam mengevaluasi status mental pasien, pemeriksa harus mengetahui status social ekonomi, etnis, dan pendidikan pasien. Pengetahuan umum dan intelektual dapat dievaluasi dengan meminta pasien menyebutkan enam Negara atau sungai besar utama. Kemapuan pasien untuk mengingat kejadian di masa lalu dapat dievaluasi dengan menanyakan mengenai masa lalu pasien, tetapi hal ini sulit dinilai. Menyuruh pasien mengulangi sedikitnya enam digit dapat menilai daya ingat jangka pendek pasien. Individu normal dapat mengulang dan mengingat tujuh digit ke depan dan empat digit ke belakang. Informasi yang penting diperoleh dengan mengevaluasi kemampuan pasien untuk meringkas dan menyamaratakan pemeriksaan yang konkret. Meminta pasien menginterpretasikan ungkapan yang lazin (missal, “ada gula ada semut”) merupakan metode yang sering digunakan.

Tingkat Kesadaran
Evaluasi tingkat kesadaran (level of consciousness, LOC) merupakan bagian penting proses pemeriksaan neurologis yang harus dilakukan secara cermat, dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Kini terdapat berbagai metode penggolongan LOC penderita, masing-masing dengan cara yang berbeda tetapi dengan istilah yang serupa. Apapun metode yang digunakan, kriteria terpenting adalah adanya konsistensi serta pemahaman penuh terhadap semua terminology yang digunakan. Lebih baik menggambarkan tingkah laku dan respon penderita dengan lengkap, daripada menggunakan istilah yang kurang rinci dan terlalu jauh jangkauannya, misalnya letargi atau stupor.

Fungsi Serebral
Pengetahuan mengenai fungsi setiap lobus serebral dan gejala-gejala yang ditimbulkan akan membantu dokter dalam memastikan deficit neurologis yang dialami penderita. Dilakukan pengamatan ketat mengenai masalah neurologic pasien selama pemeriksaan neurologis yang dialami penderita.

Pemeriksaan Bahasa dan Bicara
Salah satu fungsi hemisfer dominan adalah bicara. Hemisfer kiri merupakan bagian dominan untuk bicara pada mereka yang menggunakan tangan kanannya dan pada sebagian besar orang kidal. Ada tiga gangguan bicara yang disebabkan neurologis-disatria, disfonia dan afasia.

Pemeriksaan Saraf Kranial
Terdapat dua belas pasang saraf kranial yang keluar dari permukaan bawah otak melalui foramina kecil. Saraf kranial diberi nomor sesuai dengan urutan keluarnya, yaitu dari depan ke belakang.
Saraf kranial terdiri dari serabut aferen atau eferen, dan beberapa memiliki kedua serabut tersebut dan dikenal dengan nama serabut campuran. Badan sel serabut aferen terdapat pada ganglia di luar batang otak, sedangkan badan sel serabut eferen terdapat pada nuclei batang otak. Saraf-saraf kranial tidak diperiksa menurut urutannya, tetapi diperiksa menurut fungsinya.

Pemeriksaan Fungsi Motorik
Kinerja motoric bergantung pada oto yang utuh, hubungan neuromuscular yang fungsional, dan traktus nervus kranialis dan spinalis yang utuh. Untuk dapat memahami bagaimana system saraf mengkoordinasi aktivitas otot, pertama-tama kita harus dapat membedaakan anatara neuron motoric atas (upper motor neuron, UMN) dan neuron motoric bawah (lower motor neuron, LMN)

Reflex
Pemeriksaan reflex memberikan informasi mengenai fungsi lengkung reflex dan segmen medulla spinalis tertentu. Reflex-refleks ini akan mengalami perubahan bila UMN dan LMN terserang penyakit.

Fungsi Sensorik
System sensorik berperan penting dalam hantaran informasi ke system saraf pusat mengenai lingkungan sekitarnya. Pada waktu pemeriksaan sensorik, empat daerah yang diperiksa adalah: (1) sensasi taktil superfisial (mencakup nyeri, suhu, raba); (2) indera proprioseptik yang merupakan sensasi gerakan atau posisi; (3) sensasi getar; (4) fungsi sensorik kortikal. Pola deficit sensorik membantu menegakkan diagnosis lesi hemisferium serebri, batang otak, medulla spinalis, radiks saraf, serta saraf perifer tunggal maupun multiple.

You Might Also Like

0 komentar: